Assalamual’alaykum!
Apa kabar teman-teman
semua? Oke, di postingan kali ini, Mbak Sist gak akan mereview lagu, drama,
atau pun film. Mbak Sist mau bagi fanfictin Mbak Sist yang pernah Mbak Sist buat dan publikasi. Sayangnya gak menang. Lol
Kepingan by Sistoel
Prolog. Third-Person Point of View
“Jiyongie… apa kau memiliki mimpi? Apa mimpimu?” Luna bertanya
kepada sahabat sekaligus tetangganya.
“hmm.. apa ya? Kau apa Luna-ah?” Tanya Jiyong balik sambil
menuntun sepeda Luna sepulang dari sekolah.
“Aish. Kau ya, aku tanya malah balik bertanya.” Luna meninju
lengan sahabatnya, “tetapi aku akan beritahu karena aku baik.” Luna tertawa
pelan sambil membuka tasnya.
Luna mengambil sebuah buku yang isinya lagu-lagu ciptaannya
sendiri, “aku ingin menjadi penyanyi. Aku akan masuk YG Entertainment dan debut
di sana. Aku akan berkomunikasi dengan dunia melalui laguku.” Luna menjelaskan
sambil memeluk bukunya sambil tersenyum.
“Luna-ah, kau mau jadi penyanyi? Jangan bercanda. Mau menjadi
penyanyi di Korea Selatan ini sangat susah. Daripada kau sakit hati, lebih baik
lupakan saja.” Jawab Jiyong sengit.
“Aish kau ini ya!” Luna memukul bukunya ke kepala Jiyong, “awas ya
nanti kalau aku sudah terkenal jangan mengemis meminta tanda tanganku!” Luna
pura-pura merajuk kemudian melirik Jiyong, “yak! Jiyongie kejar aku
sampai basecamp kita,
kalau kau berhasil menyusulku aku akan berikan mimpiku kepadamu! Kejar aku Kwon
Jiyong.” Saat mengatakan nama lengkap sahabatnya Luna langsung bergegas lari
mendahului Jiyong.
“yak! Luna-ah! Ah, sial.” Jiyong kesusahan mengejar Luna dengan
sepeda di tangannya.
***
Lima Tahun Kemudian. Kwon Jiyong’s Point of View
Brugh! Suara loker dibanting.
Sial. Aku gagal lagi. Sudah lima tahun aku di sini
dan aku gagal terus.
“Bro! Kenapa kau buru-buru keluar tadi?”
Aku lihat teman trainee-ku,
Youngbae, sudah masuk ke ruang ganti. Aku tidak menjawabnya. Aku masih kesal.
“wow, bro,
santai saja. Kau tidak bisa debut tahun ini masih ada kesempatan lain.”
Kutangkap Youngbae sedang mencoba untuk menenangkanku.
Aku berbalik dan melihat Youngbae berdiri di pintu, “Dong
Youngbae! Ini sudah tahun kelima kita dan kita masih gagal untuk debut. Yang
Hyun Suk sudah setiap hari memintaku untuk menulis lagu tapi dia tidak
memanggil namaku atau namamu.”
“Tapi Yang Hyun Suk bilang sendiri boyband yang akan dia debutkan
tidak mengambil aliran hip hop tapi lebih—“
“bohong! Aku tidak percaya!” aku memotong Youngbae, “kau tahu Dean
yang baru saja menjadi trainee setahun?
Dia kurang hip hop apa?” aku memakai topi dan ranselku, “kenapa dia lebih
dipilih daripada aku atau kita? Apa karena Ayahnya petinggi YG ha!?” aku
berhenti di depan Youngbae, menatapnya sengit.
“wow wow, bro!
Hati-hati. Jaga ucapanmu. Jangan sampai ada yang dengar atau kau akan
dikeluarkan.” Youngbae menepuk bahuku.
Aku tepis tangannya yang di bahuku kemudian berlalu pergi. Aku
sudah tidak peduli kepada Youngbae yang memanggilku berkali-kali.
“Hey! Bro! Jiyong! Kwon Jiyong! Kau mau kemana? Kau akan langsung
ke asarama eh? Come on, bro!
Ck!”
***
Aku berjalan lesu ke basecamp tempatku
dan Luna biasa berlatih suara dan tari sejak kecil. Aku tatap bangunan tua itu
kemudian menghembuskan napas berat. Apa yang akan dikatakan Luna? Aku sudah
gagal lima kali dengan yang ini. Sekali lagi aku menghembuskan napas berat
sebelum mengarahkan tanganku ke kenop pintu untuk membukanya dan tepat saat
itu—
“Jiyongiee!!!” Luna tiba-tiba datang dan mengamit lengan kananku,
“ hm? Kau kenapa? Ah, aku tahu Jiyongie kami gagal lagi bukan?” tebak Luna saat
melihat wajahku.
“diamlah Luna-ah. Aku masih kesal.” Aku sentak pintu dengan kasar
kemudian melempar ranselku sembarangan.
Basecamp kami adalah garasi kecil yang
sudah lama tidak dipakai keluargaku. Aku dan Luna sering mengerjakan tugas di
sana selain berlatih bernyanyi. Aku duduk di sofa yang biasa aku duduki dan aku
bisa lihat Luna memilih duduk di sofa depanku.
“Aigoo..
Kwon Jiyong, kenapa kau kesal? Kau gagal debut karena dirimu sendiri bukan?”
Luna mulai memancing emosiku.
“Shaeluna! Bagaimana bisa kau bicara begitu!? Menurutmu aku tidak
memiliki bakat ha!? Aku gagal debut karena mereka lebih memilih anak baru yang
Ayahnya juga merupakan petinggi YG kau tahu!” aku tidak bisa lagi mengendalikan
emosiku. Tanpa sadar aku membentak sahabatku.
Luna menutup kedua telinganya, “ya ya Jiyongie! Kecilkan suaramu!”
Luna melemparkan bantal sofa ke arahku, “kau mau membangunkan kakak dan ibumu
ha?”
“kau membuatku kesal.”
Luna tertawa kecil, memaklumi sifat egoisku, kemudian beranjak
dari tempat duduknya dan duduk di sebelahku.
“Jiyongie. Kau pasti tidak berusaha semaksimal mungkin bukan?
Latihanmu tidak sungguh-sungguh. Coba tunjukan kepadaku bagaimana kau audisi.”
“Luna-ah, aku sudah berlatih sungguh-sungguh, aku bahkan tidak
tidur saat audisi sudah dekat.” Bantahku.
“iya, saat audisi sudah dekat, sebelumnya? Apa kau berlatih keras?
Atau hanya asal-asalan karena tidak tahu kapan audisi?”
“tidak!” terlalu cepat aku menjawab, “aku—aku—“ aku tidak bisa
meneruskan.
Luna menarik telingaku pelan, “lihat, siapa yang nakal? Jiyongie
kami tidak berlatih sungguh-sungguh. Aigoo.. dan
dia menyalahkan orang lain? Lalu setelah itu apa? Kau akan menyerah untuk
mimpiku?”
Aku terlonjak, “tidak, Luna-ah.” Nada suaraku sudah kembali
normal, “aku sudah katakan aku pasti akan mewujudkan mimpimu. Mimpi kita.”
Luna tersenyum lebar, “kalau begitu berhenti menyalahkan orang
lain. Dan mulai latihan.” Luna berdiri, “ayo cepat kita mulai latihan, aku akan
menemanimu latihan, Jiyongie.”
“ash.. aku lelah, Luna-ah.” Aku mulai merajuk.
“ssh!! Cepat bangun dan latihan! Atau kau akan debut setelah kau
menjadi keriput! Hahaha. Cepaaaat, Kwon Jiyong-ssi!”
Luna menarik tanganku dan memaksaku latihan malam itu. Akhirnya
kami berlatih hingga pagi. Di malam itu, Luna lagi-lagi mengingatkan untuk
tidak menyerah dalam menggapai mimpiku karena untuk debut di Korea Selatan itu
butuh proses panjang.
***
Hari berganti begitu cepat. Sudah enam bulan sejak malam aku gagal
untuk debut. Luna tidak pernah absen untuk memeriksa apakah aku latihan setiap
hari. Aku tahu dia tidak ingin aku hanya latihan di waktu yang sangat sempit.
Luna sering menungguku di sebrang gedung YG Ent. kemudian kami akan berjalan
bersama sampai basecamp.
Bahkan Luna menemaniku latihan di studio apabila Youngbae tidak ada. Saat
di basecamp Luna
pun mengevaluasi apa yang sudah aku pelajari dari YG hari itu. Selain itu, kami
pun mulai menulis lagu-lagu baru untuk persiapan debutku nanti.
“wah!! Daebak
Daebak!!” teriakan Seungri, junior trainee di bawahku yang masuk ke ruang latihan,
menyadarkanku dari lamunanku.
Aku dan Youngbae yang saat itu sedang istirahat pun mendatangi
Seungri.
“ada apa eh?”
“Hyung! Daebak!
Dean terkena skandal saat ini dan ini menyebabkan saham YG menurun! Skandal
narkoba hyung! Positif!” Seungri semangat sekali mengabarkannya.
Aku cepat-cepat mengambil ponselku dan mencari artikel tentang
Dean atau YG Ent. Dan benar saja, semua berita Dean positif terkena narkoba
langsung muncul. Aku belum sempat membaca keseluruhan artikel karena Seungri
sudah berteriak kembali.
“yak! Cepat-cepat ke bawah! Presdir akan menempelkan pengumuman
mengenai audisi untuk debut sepertinya! Ayo cepat!”
Tanpa berpikir apa-apa lagi aku langsung berlari ke lounge tempat papan
pengumuman berada. Dan benar saja, wakil Presdir baru saja menempelkan sesuatu
dan kerumunan pun tercipta. Aku mendekat dan membaca pengumuman bahwa YG Ent.
akan mendebutkan artisnya lagi dan audisi akan dilakukan satu bulan dari
sekarang.
“Jiyongie! Ini kesempatan besar!” tiba-tiba Luna sudah ada
diantara kerumunan orang.
“Luna-ah!” pekikku. Aku tidak sempat berpikir bagaimana dia bisa
berada di sini karena otakku sedang penuh dengan kata debut.
“iya Jiyongie!” Luna tersenyum, “Apa yang kau lakukan di sini? Kau
harus latihan sekarang untuk debut! Dimana temanmu Youngbae? Kalian harus
latihan bersama! Cepat Jiyongie!” Luna terlihat semangat sekali saat itu bahkan
mungkin suaranya akan lebih keras daripada suara kerumunan orang tersebut.
Aku pun segera tersadar kemudian memutar kepalaku untuk mencari
Youngbae. Saat aku menemukannya aku langsung menarik tangannya dan berlari ke
loker. Kami harus bersiap-siap.
“Bro! Kau
lihat pengumuman tadi? Kita memiliki kesempatan debut sebulan lagi!”
“iya benar! Karena itu kita tidak boleh membuang-buang waktu kita
lagi Youngbae-ah!”
Atmosfer di YG berubah setelah pengumuman itu. Semua trainee sibuk mempersiapkan
diri mereka. Begitu pun dengan aku dan Youngbae yang sejak awal akan membuat
duo seperti senior kami, Jinusean. Hal ini menyebabkan aku jadi lebih sering
latihan di YG building.
***
D-27 Audition. YG Dance Studio.
“Bro, kau yakin akan memakai lagu ini?” Youngbae bertanya dan aku
mengangguk yakin.
“Wah.. ssh.. jarang ada yang memakai lagu original di saat audisi,
kau yakin?” Youngbae melirikku
“seratus persen yakin.” Aku mengangguk mantap untuk lebih
meyakinkan teman duetku.
D-20 Audition. YG Record Studio.
Aku dan Youngbae sedang membuat aransemen untuk lagu yang kami
bawakan. Kami sedang mengulang bagian Youngbae karena menurutku belum sesuai.
Aku menghentikan musik kemudian termenung.
Youngbae keluar studio, “yo, bro! Sudah dua jam lebih aku mencoba
part yang sama. Kau mau yang seperti apa eh?” Youngbae mulai kesal.
Aku terpaku dengan buku di tanganku, “Youngbae-ah coba di bagian
ini seperti ini.” Aku mencontohkan bagiannya sedikit.
“argh! Aku harap ini perubahan yang terakhir.” Youngbae mengacak
rambutnya yang tipis. Frustasi.
D-13 Audition. My way to the Basecamp.
“Jiyongie, kau terlalu keras pada temanmu. Aku rasa bagiannya
sudah bagus sekali. Kenapa kau selalu memintanya diulang terus beberapa hari
ini?” Aku bisa melihat Luna mengerucutkan bibirnya.
Aku tertawa, “ini semua demi kebaikan kami. Kau sendiri yang
bilang harus latihan dengan benar.”
“huh. Apabila aku yang ada di posisi Youngbae apa kau akan begitu
juga?”
“hmmm..” aku pura-pura berpikir sambil menarik tangan Luna ke
dalam sakuku, malam ini cuaca sangat dingin, “tentu saja.”
“aish! Dasar Tuan yang-maunya-selalu-sempurna!” Luna menarik
tangannya kemudian menghujani pinggangku dengan cubitan.
Kami tertawa dan rasa lelahku menguap.
D-10 Audition. Hospital.
Youngbae mengatakan aku terjatuh dan tidak sadarkan diri saat
sedang berlatih. Dan dia segera membawaku ke rumah sakit. Menurut dokter aku
hanya kelelahan. Beberapa hari istirahat akan cukup.
D-5 Audition. Hospital.
Dokter masih belum mengizinkanku keluar karena trombositku masih
kurang. Tetapi aku tidak bisa membuang waktuku, karena itu aku memanggil
sahabatku.
“Jiyongie, aku memang bilang latihan dengan keras tetapi bukan
berarti kau tidak menjaga kesehatan.” Luna merajuk lagi saat tahu aku sakit.
Aku tidak membalasnya, hanya tersenyum.
“Kau yakin dengan ini, Jiyongie?”
Aku mengangguk, “demi mimpiku. Mimpimu. Mimpi kita.”
Luna menarik telingaku, “baiklah. Cepat ganti bajumu, aku akan
menunggumu di luar.”
Hari itu aku dan Luna berusaha kabur dari rumah sakit. Aku merasa
baik-baik saja, untuk apa di rumah sakit? Dan tentu saja berkat Luna aku bisa
kabur dan kembali berlatih. Sudah aku bilang, aku baik-baik saja.
D-1 Audition.
Basecamp.
Lewat tengah malam setelah berlatih seharian penuh dengan Youngbae
aku memutuskan untuk pulang dan istirahat. Tidak seperti biasanya, malam ini
Luna tidak menungguku di sebrang YG
building tetapi menunggu di depan pintu basecamp kami. Aku tersenyum
melihatnya begitu pun Luna. Tepat sekali aku sudah membawa bir dan ayam untuk
kami.
“sukses untuk Jiyongie kami!” Luna mengangkat kaleng birnya ke
atas. Dia duduk disampingku.
“yeah! Besok aku pasti akan lolos!”
“hmm… pasti pasti!” Luna tertawa kemudian dia memeluk lututnya.
Aku bisa melihat raut wajahnya sedih.
Aku pun merangkul bahunya, “ada apa Luna-ah? Kau tidak senang
sebentar lagi temanmu akan menjadi penyanyi?” Luna menggeleng, “lalu kenapa
eh?”
“Jiyongie…” dia berhenti sebentar seperti ragu-ragu.
“hmm?”
Luna menghela napas sebelum melanjutkan, “saat kau sudah terkenal
nanti, jangan pernah lupakan aku. Jangan pernah lupa untuk mengunjungiku atau
aku akan kesepian.”
“aku mengerti, mengerti!” aku mengangguk, “aku akan mengunjungimu
satu bulan sekali!” aku tersenyum lebar.
Luna melepas rangkulan tanganku dan duduk menghadapku, “hmm..
tidak perlu seperti itu. Aku tahu kau akan sangat terkenal, akan sangat sibuk.
Cukup kunjungi aku saat kau sempat. Kau harus benar-benar bisa menikmati
hidupmu nanti. Berjanjilah kepadaku untuk membuat lagu yang akan menginsipirasi
banyak orang. Berjanjilah kau akan bertemu dengan semua orang di dunia ini
melalui lagumu. Janji jari kelingking, Jiyongie?” Luna menyodorkan
kelingkingnya kepadaku.
Aku pun menautkan jari kelingkingku, “janji. Dan—“ kami
menempelkan ibu jari kami, “cap. Sah. Aku tidak akan mengingkarinya, Luna-ah.”
Kami pun tersenyum.
D-Day. Audition.
Aku gugup. Aku pun tahu Youngbae gugup. Tetapi saat nama kami
dipanggil dan berdiri di panggung kecil itu kami berdua yakin bahwa ini adalah
jalan kami. Panggung ini milik kami dan kami tidak akan menyerahkan panggung
ini untuk orang lain. Nama kami berdua akan segera dikenal oleh banyak orang.
Luna, mulai hari ini semua orang akan tahu lagu yang
sudah kau ciptakan.
Alunan piano pun mulai terdengar dan aku mulai menyanyikan bagian
rapku.
jeongmal jogeumman deo gamyeon doel geot gateunde (I
thought I just had to go a little more)
son ppeodeumyeon daheul geori gateunde (it felt like
I could reach if I held out my hand)
wae wae jejarigateun neukkim (But why does it feel
like I’m running in place?)
ajik bujokhan geoya geuchi (it’s not enough yet,
right?)
dasi dallyeogaryeomyeon kkuk chamgoseo ireonayaji
(if I wanna run again, I need to hold it in and get up)
Alunan piano mulai cepat dan aku tetap melanjutkan bagianku.
geunde nae hyeonsireun gamdanghagi himdeun iri neomu
manha (but there are so many things that make it hard to handle my reality)
machi nal sseureojige mandeullyeoneun geoscheoreom
marya (as if they’re trying to make me fall)
jigo sipji anhaseo barakhamyeo beotineun junginde
(but I’m trying to endure cause I don’t wanna lose)
naemodeungeol da bachyeoseo kkok irugo sipeun
kkuminde (it’s a dream I wanna fulfil with all I am)
hal su eopseo sini issdamyeon jebal deureojusoseo
(if there is a God, please hear me out)
naega hal su issneun ge igeot ppun (this is all that
I can do)
inge neomunado silheojyeo (and I hate it)
nan gasibatgireul maenballo geotneun geo bakke hal
su eopsjiman (I can only walk on path of thorns)
nun gamgo maeumsoge oechyeo (but I’m closing my eyes
and shouting in my heart)
I pray for my dream!
Saat aku mengatakan Dream, piano berhenti sepersekian detik dan
aku bisa melihat Luna duduk diantara penonton. Dia tersenyum. Aku pun ikut
tersenyum. Dan Youngbae langsung menyanyikan bagian refrain lagu.
dasi kkumeul kkune (I’m dreaming again)
naega wonhaessdeon kkum (the dream I wanted)
du soneul moa gidohae (I pray with my hands
together)
gakkeum meomchwo seoseo (sometimes I stop)
haneureul barabwa (and look at the sky)
ajik naegen irwoya hal kkumi isseunikka (because I
still have a dream to fulfil)
I have a dream woo woo
I have a dream woo woo
***
Epilog. A year later. Third-Person Point of View.
Di seluruh sudut Korea Selatan sedang demam duo baru yang sangat
menggemparkan bernama Hwangtaeji. Seperti arti namanya, Hwangtaeji – Taeyang
dan G-Dragon yang bersinar – karir mereka benar-benar bersinar dan semua orang
mengelu-elukan nama mereka. Berita baru-baru ini pun menjadi sorotan di mana
Hwangtaeji berhasil mendapat penghargaan di acara musik dunia, American Music Award, untuk
kategori lagu terbaik tahun ini, Dream. Hwangtaeji
yang beranggotakan G-Dragon atau GD dan Taeyang ini memang sedang menjadi
sorotan tidak hanya di dalam Korea Selatan tetapi juga di luar Korea Selatan.
Mereka menjadi bahan pembicaraan tidak hanya karena lagu-lagu mereka tetapi
juga dari pakaian yang mereka kenakan. Mereka benar-benar menjadi headline di semua berita.
Di sebuah taman pemakaman seorang pria memakai jas hitam turun
dari sebuah mobil mewah. Dia adalah member Hwangtaeji, G-Dragon atau pria yang
bernama asli Kwon Jiyong. Dia berjalan ke sebuah pusara dimana di atas nisannya
tertulis “Shaeluna Malik”. Gadis berdarah campuran Pakistan dan Korea Selatan
ini adalah sahabat GD. GD berlutut di samping makam sahabatnya dan meletakan
seikat bunga lily kesukaan Luna di atas makamnya.
“Luna-ah. Apa kabar? Jiyongie datang menjengukmu.” GD berhenti
sebentar menahan perasaannya.
“sudah lama eh? Sudah enam tahun kau meninggalkan aku dan aku
selalu menepati janjiku untuk menjengukmu.”
GD benar-benar merasa sedih sekarang, “Luna-ah, bulan depan aku
dan Taeyang, ah, maksudku Youngbae akan memulai tur dunia kami. Aku akan absen
untuk beberapa bulan. Kau jangan merajuk, ok?” GD menghela napas sebelum
melanjutkan, “Luna-ah aku memang merasa bersalah atas kepergianmu tetapi
sekarang kita sudah mewujudkan mimpi kita. Aku akan bertemu dengan orang-orang
di seluruh dunia melalui lagu. Lagu yang kau ciptakan, Dream.”
GD terdiam cukup lama. Dia benar-benar sedih kehilangan sahabat
terbaiknya, “Luna-ah, mulai hari ini aku akan melepas kepergianmu. Aku akan
menjalani hidupku, seperti yang kau minta di malam itu.” GD mulai tercekat,
“kau tetap sahabat terbaikku dan aku akan tetap menjengukmu.”
GD berdiri kemudian berbisik, “sampai jumpa, Shaeluna.”
***
Shaeluna Malik, gadis yang sudah sejak kecil dikenal Jiyong memang
merupakan tetangganya. Mereka tumbuh dan besar bersama. Keduanya sama-sama
memiliki kesamaan. Bernyanyi. Sayangnya, Luna menyukai pop, Jiyong menyukai hip
hop. Luna memiliki impian untuk terkenal, Jiyong hanya menyukai bernyanyi untuk
sekadar hobi. Namun begitu, mereka sering berlatih bersama, mendengarkan lagu
bersama, dan menulis lagu bersama. Lagu Dream adalah
lagu yang diciptakan Jiyong dan Luna dua hari sebelum Luna meninggal. Lagu ini
menggabungkan unsur hip hop dan pop yang saat itu belum dikenal.
Namun takdir berkata lain, enam tahun yang lalu saat Luna dan
Jiyong pulang dari sekolah Luna mengajak Jiyong adu lari. Karena kecerobohannya
Luna lari menyebrang jalan tanpa melihat kanan dan kiri sehingga dia ditabrak
sebuah truk. Jiyong yang melihat kejadian itu menjadi sangat terpukul. Dia
melihat tubuh sahabatnya sendiri melayang dan berdarah menghantam aspal. Luna
tidak bisa diselamatkan. Dengan buku yang terdapat bekas darah Luna, Jiyong
bertekad akan menggantikan Luna untuk menggapai mimpi Luna.
Rasa bersalah ini yang membuat Luna hidup di dalam imajinasi
Jiyong. Tidak ada yang pernah berjalan pulang bersama dengan Jiyong saat dia
dari YG. Tidak ada yang berlatih bersama Jiyong saat Youngbae tidak ada. Tidak
ada yang membantu Jiyong kabur dari rumah sakit. Tidak ada yang menemani Jiyong
makan ayam dan minum bir di malam sebelum audisi. Semua itu hanya kepingan
memori Luna yang hidup untuk menyemangati Jiyong untuk tidak menyerahkan
mimpinya. Untuk berjuang bersama Jiyong.
Dan saat Jiyong melepas kepergian sahabatnya di depan pusaranya,
kepingan memori Luna tidak pernah muncul kembali. Jiyong akan hidup sebagai
Kwon Jiyong, sebagai G-Dragon. Dan bersama Youngbae, dia akan menginspirasi
setiap orang untuk tidak pernah menyerah pada mimpinya. Apa Jiyong melupakan
Luna? Tentu saja tidak akan pernah.
***
Tertulis di salah satu halaman di buku lagu Jiyong dan Luna:
Kau tetap sahabat terbaikku, Luna-ah. Dan tidak ada
yang pernah menggantikanmu. Semangatmu akan aku bagikan ke orang lain. Saat aku
selesai berkeliling dunia aku akan menemanimu kembali untuk menulis lagu.
Karena itu, tunggu aku Luna-ah. Dari sahabatmu, Jiyongie.
Comments
Post a Comment